Sejarah YPPSB

Seiring dengan KPC yang saat itu sedang bersiap-siap untuk tinggal landas setelah menyelesaikan masa konstruksi menuju proses produksi. KPC segera merekrut sejumlah besar karyawan baru  baik yang berasal dari Sangatta dan sekitarnya maupun luar daerah bagi tenaga profesional. Saat itu setiap calon karyawan selalu menanyakan bagaimana dengan pendidikan putra-putrinya apabila mereka akan bertempat tinggal di Sangatta sedangkan pada saat itu di Sangatta hanya ada Sekolah Dasar Negeri dengan fasilitas yang sangat minim dan bahkan belum ada SMP Negeri

YPPSB berada di tengah hutan yang baru saja dibuka tentunya tidak menyenangkan dan menyebabkannya menjadi tempat yang terisolir karena jalan darat Bontang-Sangatta sebagai satu-satunya pintu masuk belum ada, yang ada hanyalah speedboat sebagai sarana transportasi sungai dan laut, juga informasi menjadi kendala utama karena keterbatasan dan keterlambatan koran yang ada.

Awal Lingkungan YPPSB

Kondisi lingkungan sekolah tidak kalah beratnya, pada musim hujan jalan penuh lumpur bahkan sampai ke lutut sedangkan pada musim kemarau debu sangat tebal dan membahayakan. Sehingga guru harus membawa dua sepatu, sepatu jalan dan sepatu kerja agar tetap nyaman di depan siswa-siswinya. Namun ketidaknyamanan itu tidak menjadikan surut semangat para guru bahkan menjadikan seluruh komponen YPPSB untuk berkreativitas agar yayasan yang ada dapat berdiri dengan baik dan kokoh di masa mendatang.

Dengan bantuan seorang Konsultan Pendidikan dari Balai Pendidikan Guru di Bandung yaitu Bapak Drs. Yusuf Djajadisastra dan Yayasan Perguruan Cikini Jakarta, di susunlah kerangka dasar yang mendukung terbentuknya Yayasan Pendidikan Prima Sangatta Baru yang kemudian menjadi Yayasan Pendidikan Prima Swarga Bara (YPPSB) untuk mengelola operasional sekolah TK, SD dan SMP.  Setelah 3 tahun pertama YPPSB dibantu oleh Yayasan Pendidikan Cikini dalam bidang supervisi pendidikan, penerimaan guru, dan monitoring evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar. Setelah 3 tahun kerjasama berakhir karena terdapat keinginan dari seluruh komponen pendidikan di YPPSB untuk mandiri dalam mengoperasionalkan sekolah, terutama dengan adanya kesanggupan dari kepala unit TK, SD dan SMP

Lahirnya YPPSB memang cukup ironis karena beragam gagasan yang muncul justru bukan dari  kalangan pendidikan, tetapi dari masyarakat pertambangan. Hal ini menunjukkan betapa pendidikan merupakan kebutuhan banyak orang, isu-isu tentang pendidikan tidak hanya merupakan kepedulian orang-orang yang sehari-harinya bergumul dengan dunia pendidikan melainkan kalangan yang lebih luas. Alasannya sederhana pendidikan menentukan masa depan bangsa

Guru-guru perintis YPPSB
Guru – Guru Perintis YPPSB

Berbekal motto “Pendidikan untuk Peradaban Dunia yang Lebih Baik’, YPPSB mengawali proses belajar mengajar dengan 14 orang guru yang dilatih di Bandung dan Jakarta selama 6 bulan lamanya dengan jumlah murid pada saat itu hanya kurang dari 120 murid.

IR. Irawan Poerwo (Ketua Dewan Penasehat YPPSB)